Bokep Indo – Narasi Seks Asli 2018 Tanpa banyak basa-basi kembali Dewi langsung mengelus-elus penisku yang tetap terkulai lemas karena kecapekan sesudah berperang luar biasa dengan Tante Anis. Diremas-remasnya biji pelirku dan Dewi mulai menjilat-jilat tangkai penisku. Saya mulai rasakan kepuasan lidah Dewi dan remasan halus tangannya, mengakibatkan penisku pelan-pelan mulai memperlihatkan pertanda kehidupan. Dewi mulai masukkan penisku ke mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocak-kocoknya tangkai penisku dengan tangannya. Sudah pasti sesaat kemudian penisku mengeras lagi. Rasakan penisku jadi membesar lagi dan mengeras, Dewi makin bergairah mengisap dan menjilat-jilatinya. Pelan-pelan kulepaskan mulutnya dari penisku.
“Nach, telah bisa dibuktikan dapat bangun kembali khan… saat ini gantian Dewi penuhi janji untuk turut gabung… bagaimana?” Dewi hanya tersenyum sekalian dengan suka-rela melepas bajunya satu demi satu dan tiduran di sisiku. Karena sejak awal kali saya telah tertarik sama payudara Dewi yang montok seperti punyai Pamela Anderson, saya segera meremas payudaranya secara halus dan permainkan putingnya dengan lidahku. Dewi yang sebetulnya dari barusan telah terangsang mulai mendesah-desah kenikmatan. Berlainan dengan Tante Anis, walaupun telah tiga tahun menikah Dewi belum mempunyai anak menjadi puting susunya masih imut dan warna jelas seperti puting susu gadis perawan.
Narasi seks, narasi seks 2018, narasi seks terkini 2018, narasi seks igo, narasi seks serong, narasi seks sedarah, narasi seks setubuhian, narasi seks perawan, narasi seks 2018 terupdate, narasi dewasa igo, narasi ngentot terkomplet.
Sesudah senang menjilat-jilati dan meremas buah dadanya, saya mulai menelusuri sisi bawah. Pelan-pelan kujilati sisi perut Dewi dan pada akhirnya sampai ke wilayah “Segitiga Bermuda”. Bulu kemaluan Dewi tidak selebat Tante Anis hingga belahan vaginanya telah terlihat terang tanpa menyibakkan bulu-bulunya. Sesudah senang menjilat-jilati wilayah lipatan paha dan wilayah sisi atas bulu vagina Dewi, saya buka bibir vaginanya dan kelihatanlah lubang vagina yang warna merah muda dan benar-benar cantik.
Ingin rasanya selekasnya memasukkan penisku ke dalamnya. Karena mungkin belum mempunyai anak, ke-2 bibir vaginanya masih terlihat kuat dan tidak menggelambir seperti punyai Tante Anis. Secara refleks jari-jari tanganku masuk langsung menggerayangi lubang vaginanya dan membuat melenguh keras, “Oohh……..” Langsung lidahku menjilat-jilati bibir vagina dan klitorisnya secara halus. Setiap lidahku menjilat-jilati klitorisnya, pinggul Dewi bekerja maju seakan tidak inginkan lidahku lepas dari klitorisnya. Sesudah kurasa cukup, pada akhirnya kulepaskan lidahku dari sisi vaginanya dan saya mulai buka ke-2 pahanya. Saya betul-betul tidak sabar ingin selekasnya rasakan kepuasan vagina seorang Dewi.
Secara halus kubelai halus rambutnya, dari matanya kusaksikan Dewipun tidak sabar ingin terima penisku. Tetapi ia bukan Tante Anis yang gesturf dan terus-terang mengobral gairahnya dengan garang. Dewi cuma melihatku penuh berharap sekalian napasnya berdesah-desah tidak teratur. Kuposisikan diriku antara ke-2 pahanya, lantas pelan-pelan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan penisku ke lubang vagina yang terlihat masih sempit. Kuletakkan kepala penisku pas di muka lubang vaginanya. Lantas secara halus tetapi tentu kugerakkan pinggulku di depan hingga penisku masuk ke vaginanya. Gila….nih cewek… vaginanya masih sempit sekali, betul-betul mirip orang perawan. Untung saja Dewi cukup terangsang hingga penisku tidak demikian kesusahan tembus lubang vaginanya yang sempit dan basah. Dewi terlihat menggigit bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Saya sebelumnya sempat berpikiran mungkin Dewi merasa kesakitan karena perlakuanku, pergerakanku kuhentikan sesaat.
“Sakit sayang…?” tanyaku. Dewi geleng-geleng perlahan-lahan.
“Sedap sayang….?” kataku kembali. Dewi cuma menggangguk sekalian tersenyum. Dikit demi sedikit kupercepat pergerakanku, vagina Dewi berasa semakin basah dan pergerakan penisku berasa mulai lancar.
Sesudah rasakan persetubuhan yang garang dengan Tante Anis, persetubuhan dengan Dewi berasa demikian halus dan cantik. Kontras sekali perbedaannya, tetapi keduanya sama mempunyai kepuasannya yang unik hingga susah untuk menjelaskan yang mana lebih sedap. Kubelai rambut Dewi dan kucumbu bibirnya secara hangat, kami benar-benar nikmati persetubuhan yang cantik ini. Kadang-kadang saya melepas diri dan minta Dewi untuk berganti-gantian pada posisi atas. Diapun melakukan secara halus tetapi penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya mundur-maju secara memiliki irama dan penuh tenaga sementara saya meremas-remas buah dadanya yang cantik. Saya rasa dinding-dinding vaginanya demikian kuat mencekram penisku hingga membuatku semakin terangsang. Sementara itu pergerakan pinggul Dewi semakin cepat dan desahannya semakin kuat dan tidak teratur. Dewi mulai susah mengatur pergerakannya sendiri….
“Oohh… mmhh….mmhh… uuhh..” nampaknya Dewi mulai dekat ke arah orgasme.
“Ahh… Doni… mmhh… Dewi di bawah saja ya… Dewi takut keluar duluan…..”
“Tidak apapun sayang, keluarin aja….”
“Tidak ah… Dewi ingin keluar berbarengan sama Doni….” Pada akhirnya Dewi tiduran lagi disebelahku. Saya segera ambil posisi antara selangkangan Dewi dan memasukkan lagi penisku ke vaginanya. Pada posisi ini nampaknya Dewi semakin dapat atur gairahnya hingga desahannya kembali teratur selaras dorongan penisku. Kami bercumbu lagi secara hangat sekalian tanganku meremas-remas buah dadanya dan pinggulku naik-turun hingga ke-2 badan kamipun mulai dibasahi oleh peluh.
Saat ini giliranku mulai rasakan dorongan kepuasan orgasme mulai menjalari semua badanku. Rasanya sebentar lagi pertahananku akan jebol. Pergerakanku semakin kuat dan Dewi merasainya hingga diapun mulai cukup mengamuk. Saya mulai melepas bibirku dari bibirnya dan memulai atur posisi supaya bisa menanamkan penisku dengan optimal ke vagina Dewi. Rasanya sebentar lagi kami berdua akan sampai ke pucuk kepuasan….
“Dewi… saya sudah ingin keluar sayaang…. mmh…. sshh… sshh… mmhh…” saya coba semaksimal mungkin mengatur orgasmeku supaya bisa bertahan sedikit kembali.
“Dewi ingin keluar sayang… adduhh… penis kamu tambah besar… Dewi tidak tahan lagi… mmhh… aaah……mmhh…” Pergerakan kami berdua semakin cepat dan semakin garang, akhirnya….
“Aahh…. Donii….. mmhh…. aahh…. Dewi tidak tahan kembali sayang… aahh… aahh…!”
“Dewiii…. aduuh….. Donii keluaar………… aahh…!” Badan kami menggeliat dan tergetar luar biasa pada sebuah orgasme bersama yang cantik, pada akhirnya kami berangkulan lemas. Sesudah sesaat kami berangkulan, saya mencumbu lagi Dewi secara halus. Selanjutnya saya merebahkan diriku di sebelahnya, kami diam dan sama-sama berpandangan. “Wow… keren…. hebat….” mendadak kudengar Tante Anis bertepuk tangan memberikan “applaus” untuk persetubuhan kami yang lumayan lama dan menarik. Kami berdua hanya tersenyum saja, telah terlampau capek untuk memberi komentar.
Mungkin lebih dari 1/2 jam saya dan Dewi sama-sama bergumul sebelumnya terakhir kami terbenam dalam kepuasan orgasme. Terlihat Dewi terbaring kecapekan disampingku, ia cuma sesaat melihat tersenyum penuh makna ke Tante Anis lantas pejamkan lagi matanya. Sementara itu beberapa sisa spermaku terlihat mulai menetes dari sela vagina Dewi walaupun tidak sekitar Tante Anis. Aku juga cuma dapat terbujur lemas, penisku terlihat tidak memiliki daya. Mendadak saya merasa benar-benar haus dan lapar. Saya bangun lantas ambil sekaleng bir dan melahap sebungkus roti untuk kembalikan tenagaku yang hampir terkuras habis oleh dua wanita bersuami ini.
“Kelak jika siap, gantian tante kembali ya… menyaksikan kalian ML tante menjadi ingin kembali lho…. Doni masih kuat khan…?”
“Ok tante,…. Doni masih kuat kok… simak nih… sesaat bangun lagi…” kataku menyikapi rintangan Tante Anis. Kutunjukkan pada Tante Anis penisku yang pelan-pelan mulai cukup jadi membesar. Menyaksikan saya mulai fresh kembali Tante Anis merebahkan saya ke arah tempat tidur dari sisi Dewi yang tetap terbaring kecapekan. Tanpa merasa perlu bersihkan penisku dari beberapa sisa persetubuhanku dengan Dewi, Tante Anis langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku sampai pelan-pelan mengeras lagi dengan prima.
Demikian menyaksikan penisku berdiri lagi prima langsung Tante Anis ambil posisi jongkok dan masukkan penisku ke vaginanya. Seperti awalnya, dengan garang Tante Anis menggerakkan pinggulnya sekalian mulutnya terus berdesah-desah rasakan nikmat. Dewi yang terbujur disampingku lantas buka mata dan menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan tingkah laku kami,
“Ah.. kelewatan dech Teh Anis ini, sang Doni belum istirahat sudah diembat lagi…. tidak kasian sama anak orang…” Tante Anis hanya ketawa kecil dan melanjutkan goyangan mautnya. Tidak berapakah lama selanjutnya Tante Anis melepas penisku dari vaginanya dan minta saya untuk ganti posisi, ia ingin ditusuk dari belakang.
“Doni… tante ingin kamu masukkan dari belakang ya…?” Tante Anis lantas ambil posisi menungging di samping Dewi sekalian tangannya meraba-raba payudara Dewi sekalian kadang-kadang lidahnya menjilat-jilati putingnya. Sementara itu saya segera masukkan penisku kembali ke vagina Tante Anis yang telah merah mengembang dari belakang. Rasakan apa yang sudah dilakukan Tante Anis pada awalnya Dewi terlihat risi, mungkin ia tidak pernah dengan sama-sama wanita, tetapi lama-lama ia biarkan Tante Anis lakukan laganya bahkan juga nampaknya Dewi mulai nikmati tingkah tangan dan lidah Tante Anis.
Saya pun tidak tinggal diam, sekalian penisku masuk keluar di vagina Tante Anis tanganku mulai meraba-raba vagina Dewi hingga membuat semakin terangsang. Selanjutnya Dewi buka ke-2 pahanya lebih lebar supaya jari-jari tanganku lebih bebas masuk ke vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Anis mulai bergerak tidak teratur dan desahannya semakin keras.
“Aaah… mmhh… mmhh…. mmhh….” Saya tahu sesaat lagi Tante Anis akan capai orgasmenya yang ke-4. Kupercepat pergerakanku dan Tante Anispun semakin tidak termonitor.
“Donii…. aahh…. tusuk yang kuat sayaang…. iya… yang kuat sayang… teruss… teruss… tusuk yang dalam…. tusuk sampai ujung sayang… aahh… tantee keluar lagii……… aaghh…” Tante Anis melafalkanng keras dan menyentakkan bokongnya ke arahku hingga penisku masuk semakin dalam. Kutarik paha Tante Anis ke arahku bermaksud agar ia semakin rasakan kepuasan orgasmenya. Sesudah sesaat pada akhirnya Tante Anis terkulai lemas dan peniskupun lepas dari vaginanya. Menyaksikan penisku tetap berdiri tegang, Dewi langsung memahami apa yang perlu dilakukan. Ia menggantikan posisi Tante Anis dengan menungging di depanku. Dengan perlahan-lahan kubuka belahan vagina Dewi dan kumasukkan penisku ke dalamnya. Dewipun mendesah meredam nikmat saat penisku melaju ke vaginanya yang hangat dan basah.
Sementara penisku dalam vaginanya, ke-2 tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang cantik. Dewi terlihat benar-benar menikmatinya hingga pinggulnya mulai bergerak. Sesudah beberapa saat berakhir, Dewi terlihat mulai kecapekan dengan posisi “doggy-style”. Dewi mintaku untuk melepas penis dan diapun menelentangkan lagi dianya pasrah dengan ke-2 pahanya terbuka lebar-lebar seakan mengundangku agar selekasnya memasukkan penisku kembali. Dan aku juga menyikapi undangannya dengan suka hati. Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke lubang vagina Dewi yang masih belum sebelumnya sempat dibikin bersih dari lendir beberapa sisa persetubuhan kami sebelumnya. Dewi sendiri saat ini mulai berani mengutarakan pergolakan gairahnya terus-terang, ia mulai berani gerakkan pinggulnya dengan garang dan mendesah-desah dengan kuat. Rasanya Dewi yang saat ini tidak kalah garang dengan Tante Anis.
Ini benar-benar surprise buatku, saya belum siap hadapi kegarangan Dewi yang hampir mendadak. Hal tersebut membuat saya hampir kehilangan kontrol dan nyaris capai orgasme. Tetapi saya tidak mau merasakannya sendiri, saya ingin Dewi bisa juga merasainya walau sebenarnya waktu itu kurasakan keadaan Dewi masih konstan dan belum dekati orgasme. Semaksimal mungkin saya berusaha mengatur napasku untuk menghalangi hadirnya orgasme. Tetapi rasanya sedikit menolong, goyangan Dewi yang garang membuat orgasmeku berasa semakin merapat.
Pada akhirnya kuputuskan untuk meremas buah dada dan permainkan klitorisnya agar Dewi cepat terangsang. Rupanya langkah ini efisien, dalam sekejap pergerakan pinggul Dewi jadi semakin kuat dan memulai tidak teratur, desahan dan lenguhannya makin keras. Saya tahu Dewi juga kehilangan kontrol dan memulai dekati pucuk orgasme…. “Dewi mau keluar ya…….?” tanyaku.
“Hhmm… iya sayang… adduhh… sesaat lagi Dewi keluar…. berbarengan ya sayang….kelihatannya penis Doni sudah semakin besar… mmhh… sedap banget….. vagina Dewi berasa penuh…. mmhh…. aahh….. fuck me honey….fuck me hard… aahh…. aahh….” Demikian kurasakan Dewi nyaris capai orgasme langsung kupercepat pergerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sekalian cari posisi yang sangat nyaman untuk lakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. Dan akhirnya…
“Dewi…. saya tidak tahan lagi… keluarin bersama saat ini yukk……”
“Iya sayang…. Dewi juga…. aahh… adduhh…. tusuk yang kuat sayang… fuck me…… yess… aahh…uuhh… Dewi keluar lagi….aahh…… aagh…!!”
“Oohh…. Dewi…. mmhh Doni keluaarr…… aagh…!” Pada akhirnya kami kembali orgasme bersama.
Orgasme ini kali benar-benar banyak memerlukan energiku, saya tidak paham apa saya masih mampu jika Tante Anis meminta kembali. Tetapi kusaksikan Tante Anis juga kecapekan sesudah 4x orgasme luar biasa yang dirasakannya hingga kami pada akhirnya memilih untuk istirahat saja. Kami bertiga tidur sama-sama bepelukan tanpa baju dan cuma tertutupi selimut. Pagi itu saya terjaga, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Tetapi saya rasakan ada suatu hal yang aneh. Ah… rupanya Tante Anis telah bangun terlebih dahulu dan ia sedang asyik mengulum penisku. “Aduh… tante… pagi-pagi sudah makan pagi pisang…” kataku sekalian ketawa.
“Hmm.. sorry ya Don,… tante barusan bangun lebih dulu terus tante tidak tahan simak penis kamu. Tante langsung membayangkan sepertinya sedap sekali jika subuh-subuh begini ML kembali dengan Doni… tidak apapun khan…?” Kusaksikan penisku telah berdiri yang tegak karena tingkah Tante Anis. Nampaknya Tante Anis sangat bergairah, napasnya mengincar tidak teratur dan pandangan matanya memperlihatkan dianya lagi ada pada pucuk birahinya.
Sementara itu Dewi terlihat tetap terkapar nyenyak disampingku.
“Doni sayang… tante ingin merasakan penis kamu kembali yaa…. masalahnya sesaat lagi khan kita pisah… menjadi saat ini tante ingin ML kembali dengan Doni… ingin khan…?”
“Masukkan saja tante… Doni suka juga ML dengan tante….dasarnya ini hari Doni ingin ML sampai kita benar-benar sudah tidak kuat lagi…. tante ingin khan?”
“Hm…. dengan suka hati sayang….. ssttt… jangan keras-keras kelak sang Dewi bangun. Kasihan ia tetap kecapaian tadi malam karena ML sama kamu.” Ah… ini kali saya akan memberi suatu hal lainnya untuk Tante Anis. Saya akan membuat alami orgasme berulang-kali tanpa sebelumnya sempat istirahat. Saya rasa ini tidak terlau susah karena nampaknya Tante Anis type wanita yang peka dan gampang alami orgasme. Kembali juga karena tadi malam saya telah 3x orgasme, saya percaya dapat bertahan semakin lama sekarang ini. Kubiarkan Tante Anis naiki diriku dan masukkan penisku ke vaginanya.
Seperti umumnya ia mulai menaik-turunkan pinggulnya hingga penisku melaju masuk-keluar vaginanya. Dengan menyengaja kusentakkan pinggulku untuk menyaingi pergerakannya hingga membuat semakin terangsang. Betul saja tidaklah sampai lima menit Tante Anis mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, dia alami orgasmenya yang ke-5. “Aahh… Doni…. tante keluar…. mmhh… adduuhh… aahh… aahh.. aaghh…!!”
Saya tidak memberikan Tante Anis peluang istirahat. Sesudah badannya melemas saya segera membaringkan Tante Anis dan buka pahanya, tanpa basa-basi saya segera menanamkan penisku ke vaginanya. Dan ini kali saya menusukkan penisku dengan kuat dan cepat. Betul saja, Tante Anis terlihat terkejut dan belum siap dengan gempuran mendadak ini. Tidaklah sampai tiga menit selanjutnya badannya mulai tergetar luar biasa.
“Adduhh… Doni… tante menjadi ingin keluar lagi…. aahh… aahh… aahh…” Kurasakan tubuh Tante Anis melafalkanng dan lemas, ini orgasmenya yang ke enam. Sementara itu penisku tetap keras dan besar dalam vaginanya. Tanpa memberikannya peluang istirahat saya menggerak kembali -gerakkan penisku dengan kuat dan garang.
Tante Anis yang masih belum sebelumnya sempat istirahat untuk mengembalikan tenaganya, kembali bergetar oleh rangsangan orgasme yang ke-7 .
“Donni….. kamu nakal…. kelak tante dapat keluar lagi… aduuhh… mhh… aahh… mmhh…. Doni….. tante ingin keluar lagii….. aduuhh… aahh….. dorong yang keras sayang… iya… tusuk yang dalam sayang… iya gitu… terus… terus…. jangan berhenti… aahh… aahh… sedap sekali sayang… mmhh… tante keluar lagiii… aahh” Kembali saya tidak memberikannya peluang istirahat, ini kali kuangkat ke-2 kakinya dan bokongnya kuganjal dengan bantal hingga penisku masuk makin dalam sampai sentuh ujung vaginanya.
Kutusukkan penisku ke vagina Tante Anis berkali-kali secara cepat dan kuat. Cuma berlalu satu atau dua menit dari orgasme awalnya kembali badan Tante Anis tergetar luar biasa untuk alami orgasmenya yang ke delapan.
“Aahh… Donnii…. uughh…. masukkan yang dalam sayang…. masukkan sampai ujung…. aahh…. sedap banget….. aaahh… bagaimana nih…. tante dapat keluar lagi…. mmhh…. aahh… aduuhh… tante keluar kembali sayang… aahh.. aahh…..” ini kali badannya menggeliat lumayan lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak teratur, matanya terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup meredam kepuasan yang luar biasa…. Demikian usai orgasme yang ke delapan, kembali saya melanjutkan tusukan penisku.
Ini kali tante Anis mulai merasakan tidak kuat kembali, matanya memelas mintaku untuk stop.
“Sudah donk sayang… tante lelah banget…. vagina tante mulai perih sayang jangan cepat-cepet dong… sakit… sudah sayang… tante istirahat dulu… sesaat aja… kelak kita lanjutin lagi… kasih peluang tante istirahat dahulu sayang…” ucapnya sekalian coba meredamku. Tetapi saya tidak perduli, memang pergerakanku kuperlambat agar Tante Anis tidak merasakan sakit tetapi saya masih tetap menusukkan penisku ke vaginanya. Saya sendiri saat ini mulai terangsang berat menyaksikan pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kepuasan seperti Tante Anis.
Sesudah sesaat nampaknya Tante Anis mulai kehilangan rasa sakitnya dan beralih menjadi rasa nikmat kembali, ia mulai menggerakkan pinggulnya meng ikuti pergerakanku. Saat ini saya ganti sedikit posisiku, cuma kaki kiri Tante Anis yang kuangkat sementara kaki kanannya terkapar di atas kasur dan kaki kiriku kuletakkan di atas paha kanannya. Terlihat Tante Anis nikmati sekali posisi ini, ia mulai bernafsu kembali dan pergerakan pinggulnya mengamuk lagi.
Itil V3
Selang beberapa saat iapun alami orgasmenya yang ke-9… “Ahh…oohh…Doni….kamu pintar sekali sich… aahh… anak nakal…. tusuk tante yang kuat sayang… aahh … aahh… tante keluar lagi…. aahh….. aahh aahh..!,” teriakannya kali demikian keras dan panjang hingga Dewi yang tertidur kecapekan pada akhirnya terjaga . Saya menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Anis sekalian menantinya lagi siap.
“Sudah sayang… tante sudah capek… tante tidak kuat kembali sayang…. sudah ya sayang… vagina tante sudah kebas…… please… tante sudah tidak mampu lagi……”
“Hmm… Doni masih ingin terus tante… masalahnya sesaat lagi kita pisah… Doni ingin nikmati badan Tante Anis ini hari sampai sepuas-puasnya…” kataku sekalian mengawali kembali tusukan penisku.
“Mari donk sayang….. sudah dulu… kapan-kapan kita khan dapat bertemu lagi…. tante janji deh…. tetapi saat ini sudah dahulu tante lelah banget… tenaga tante sudah abis….”
“Ini paling akhir tante… Doni sudah ingin keluar kok… bisa yaa…” kataku sekalian mengecup bibirnya.
Tante Anis termenung dan berusaha nikmati permainan penisku yang tetap mengamuk hampir tiada henti. Sementara itu saya telah rasakan diriku mulai dekati orgasme , penisku berasa jadi membesar dan penuhi vagina Tante Anis. Nampaknya Tante Anis rasakan hal yang masih sama, iapun selekasnya terangsang berat dan mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang ke-10.
“Ahh… Doni…. keluarin punyai kamu saat ini sayaang… tusuk tante yang kuat… tante sudah ingin keluar sekarang……. aaaahhh..!!” “Mari tante kita barengan… ini yang terakhir…. aahh Doni keluarr… aaggh…!”
“Aahh…… mmhh… tante keluar lagii….. adduhh maakk…enak bangeett…… aaghh…!” Pada akhirnya kali itu persetubuhan kami betul-betul berhenti dan kamipun berangkulan lemas. Kukecup bibir Tante Anis dan pelan-pelan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Kusaksikan vagina tante Anis sangat merah dan Tante Anis sendiri tetap pejamkan matanya kekurangan energi. Cuma sedikit saja tersisa lelehan spermaku yang keluar vagina Tante Anis, ternyata saya mulai kekurangan cadangan sperma.
Mendadak kesunyian kami terpecahkan oleh suara Dewi,
“Hey… kalian ML kok tidak ngajak-ngajak Dewi sich… emangnya kalian anggap saya tidak ingin yaa….”
“Telah berapakah lama sich kalian bermain… kok sepertinya hebat banget… Anis sampai basah penuh keringat gitu…,” lanjut Dewi kembali. Tante Anis cuma melihat sesaat lantas memberikan code dengan jarinya jika dia alami 6 kali orgasme pagi tersebut.
“Enam kali…?? Ah edan juga… benar-benar teteh maniak ML….. Dewi baru tau….” kata Dewi melotot melihati Tante Anis seakan tidak yakin.
“Swear… tidak Wi…. saya baru ini kali kok ML segila ini, tidak tahu nih siapakah yang edan, sang Doni apa gue….” kata Tante Anis bela diri sekalian tetap tersengal-sengal kecapekan.
“Dewi ingin donk sayang…. tidak perlu 6x seperti Teh Anis tetapi Dewi ingin ML kembali pagi hari ini saat sebelum kita pisah… ya sayang….. please… saya ingin dapat kenangan yang khusus dari kamu. Ok, honey…..” Tetapi nampaknya Dewi mengetahui keadaanku yang capek kekurangan tenaga.
“Jika Doni masih cape, gunakan tangan atau lidah tidak masalah kok….. dari barusan saya simak Teh Anis ML sama kamu kok sepertinya hebat sekali, Dewi menjadi konak ingin merasakan . Please honey… jilatin punyaku seperti tempo hari malam…. Dewi sukai kok… jilatin lagi hingga Dewi puas… dasarnya jangan stop saat sebelum saya senang yaaa…… please honey… eat my pussy…. please…” Dewi yang beberapa saat awalnya masih malu dan berpura-pura tidak ingin ikut-ikutan sekarang kelihatan mulai berani membujukku dengan genit, di bukanya pahanya dan ke-2 tangannya menarik bibir vaginanya ke samping hingga lubang vaginanya yang imut terlihat terang.
Harus aku juga kembali terangsang dan memulai lupakan kelelahanku. Saya ingin membuat Dewi alami orgasme berulang-kali tanpa istirahat seperti Tante Anis. Karena penisku masih lemas, ini kali saya mengawalinya dengan lidahku dahulu. Kubaringkan Dewi di atas tempat tidur dan bokongnya kualasi dengan 2 buah bantal agar lidahku dapat mencapai vaginanya secara gampang.
“Nah… begitu sayang… jilatin vagina Dewi… hmmh… sedap banget…. Dewi tidak pernah orgasme gunakan oral… saat ini Dewi ingin ngerasain… ayoo sayang… membuat saya terbang melayang-layang ke bulan…. c’mon honey… lick my pussy…. mmhh… yesss… I like it… yess… make me cum honey…” Kujilati bibir dan lubang vaginanya lantas kupermainkan klitoris Dewi dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke lubang vaginanya.
Nampaknya Dewi benar-benar nikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan-lahan dan suaranya mendesah-desah seksi sekali. Sesudah beberapa saat akhir nya kuputuskan untuk tingkatkan rangsangan pada jalan mengisap klitorisnya dengan kuat dan menjilat-jilatinya secara cepat hingga badan Dewi mulai tergetar tidak teratur. Sementara itu jari-jariku terus masuk makin dalam sampai sentuh g-spotnya. Ini membuat Dewi jadi semakin tidak sanggup mengatur dianya kembali, pinggulnya tergetar keras sampai pada akhirnya ia alami orgasmenya yang ke-3 .
“Mmhh Doni… adduhh… Dewi tidak tahan kembali adduuhh… terus isep yang kuat… c’mon honey…. mmhh… yess…. I’m cumming…. I’m cumming…… aduh sedap bangeett…. aahh… oohh…. oohh…!!” badan Dewi melafalkanng keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencekram kasur dengan kuat. Tetapi saya tidak hentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus saya rangsang hingga kemudian sesudah nyaris satu menit berakhir badan Dewi yang menggeliat mulai terkulai lemas kekurangan tenaga. Saya ingin Dewi rasakan orgasme yang terus-terusan tiada henti seperti Tante Anis. Dewi tetap terbaring lemas di tengah-tengah tempat tidur, sedangkan itu penisku mulai menegang lagi sesudah memperoleh cukup waktu istirahat.
Dewi yang masih belum sadar akan apa yang terjadi mendadak terkejut karena saya masukkan penis ke vaginanya yang tetap berdenyut karena orgasmenya yang paling akhir.
“Aduhh… Doni sayang… kamu garang sekali sich…. Dewi masih lelah nih…. istirahat dahulu yaa…. please honey…” Saya tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan-lahan sekalian terus menanamkan penisku ke vaginanya. Pada akhirnya sesaat kemudian Dewi mulai terangsang , ia mulai nikmati sikatan penisku dan memulai menggerakkan pinggulnya dengan garang. Sesudah beberapa saat berakhir pada akhirnya pertahanan Dewi mulai jebol. Dia mulai kehilangan kendalian dan badannya tergetar-getar rasakan orgasmenya yang ke-empat.
“Donni….. mmhh… bagaimana nih… Dewi dapat keluar kembali sayang……. aduhh… aahh… keluar kembali deh… aahh….. mmhh…. aahh…!” ke-2 tangan Dewi mencekram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku. Saya biarkan penisku tertanam dalam-dalam di vagina Dewi dan biarkan ia nikmati orgasmenya. Demikian cengkraman Dewi mulai melunak saya mulai kembali meneruskan goyangan penisku dalam vaginanya. Dewi nampaknya terkejut 1/2 mati dan betul-betul belum siap mendapatkan gempuran berurut ini.
“Doni… sudah dahulu donk sayaang… Dewi masih capek….. Dewi lemas sekali sayang…. please…. gimme a break, honey….” Tetapi sama misalnya dengan Tante Anis awalnya, saya tidak mengambil perduli. Saya terus menusukkan penisku ke vaginanya, lama-lama semakin cepat… hingga kemudian Dewi mulai terangsang kembali yang beberapa kalinya dan kembali turut bergerak aktif.
“Doni… giliran ya… Dewi ingin di atas….” Saya lantas merebahkan diriku dan membiarikan Dewi naiki badanku sekalian memasukkan penisku ke vaginanya. Ini kali Dewi betul-betul telah belajar banyak dari Tante Anis, pergerakannya mulai garang dan liar. Desahan-desahan kepuasannya betul-betul menghidupkan gairah. Pada akhirnya Dewi mulai alami pucuk kepuasan orgasmenya yang ke-5, pergerakannya semakin liar khususnya waktu memasukkan penisku ke vaginanya dan desahannya beralih menjadi jerit kepuasan.
“Donii…. aahh… Dewi sudah tidak tahan…uuhh… mmhh …..Dewi keluar lagi…. mmhh… yess…. I’m cumming… aahh… aahh……!!” Pada akhirnya pinggul Dewi menusuk keras ke bawah membuat penisku tenggelam sampai ke ujung vaginanya bersamaan dengan rasa nikmat hebat yang menjalari badannya. Dan Dewipun terkulai lemas di atas badanku.
Terlihat Dewi demikian lemas sesudah orgasmenya yang ke-5, tetapi telah kepalang tanggung. Saya telah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Dewi yang tetap pejamkan mata, lantas pelan-pelan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke lubang kepuasannya. “Aduh… jangan sayang… uuh… sakit sayang… vagina Dewi sudah mulai ngilu…. stop dahulu yaaa… istirahat sesaat aja… kelak bisa lagi….” Dewi coba menampikku, tetapi badannya yang telah kurang kuat tidak sanggup meredam masuknya penisku ke vaginanya. Pada akhirnya dia terbaring pasrah di bawah berat badanku yang menindihnya. Saya tidak mau sakiti Dewi, kebalikannya saya ingin memberikannya kepuasan. Karena itu saya menggerakkan pinggulku dengan berhati-hati agar penisku bergerak secara halus dalam vaginanya yang telah over-sensitif. Jika Dewi kelihatan kesakitan saya stop sesaat, kemudian saya teruskan kembali dengan pergerakan yang halus. Kadang-kadang kucumbu bibirnya, lantas kujilati leher dan telinganya supaya gairahnya kembali bangkit hingga pada akhirnya perlahan-lahan tetapi tentu libido Dewi mulai naik kembali.
Dia bisa mulai rasakan kepuasan yang diberi penisku. Matanya mulai terpejam rasakan nikmat dan dari mulutnya yang imut kembali keluar desahan-desahannya yang unik dan seksi. Sesaat selanjutnya nampaknya Dewi betul-betul telah sembuh, rasa sakitnya telah terpindahkan seutuhnya dengan rasa nikmat. Dia mulai gerakkan pinggulnya dengan garang hingga aku juga harus percepat tusukan penisku untuk menyeimbanginya. Saya rasakan Dewi sesaat lagi akan capai orgasme, dan begitupun saya.
“Doni sayang… Dewi ingin keluar lagi….. adduhh… adduhh… sedap banget… mmhh… c’mon honey… fuck me harder…. yess…. aahh… masukkan yang dalam sayang… adduuh… mmhh…. adduhh… Dewi keluar lagii…. mhh… aahh… I’m cumming…. aahh!”
“Mari Dewi…. kita berbarengan yaa sayang……. mmhh… aahh…!!” Pada akhirnya saya menumpahkan tersisa stok spermaku yang paling akhir ke vagina Dewi, sedangkan badan Dewi menggeliat luar biasa meredam nikmat orgasmenya yang ke enam.
Ini kali saya betul-betul telah kekurangan tenaga, andaikan Tante Anis masih ingin ML rasanya saya akan menyerahlah. Untunglah kami bertiga telah betul-betul kecapekan hingga tidak ada satu juga dari kami yang berani minta kembali. Tanpa sadar hari telah jelas dan waktu memperlihatkan jam 7 pagi, sesudah istirahat sesaat kamipun pada akhirnya mandi bersama-sama dan bersiap-sedia tinggalkan hotel. Di perjalanan pulang masing-masing kami mulai memberi komentar mengenai hati nikmat yang kami alami… Baca : Cerita Seks Riil IGO Tante Lisa Bispak Nakal
“Doni… kamu kelewatan, tante sampai lemas dan kaki tante sampai saat ini masih gemeteran. Veggie tante rasanya tetap kebas… tidak pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin… sepertinya porsi ML satu bulan habis dalam semalem deh….”
“Iya nih… Dewi sampai teler sekali, sampai hati sekali sich kamu sayang… seperti esok kita tidak dapat bertemu kembali aja….! But anyway thanks ya… Dewi tidak pernah ML senikmat ini… I perasaan great…. kapan-kapan Dewi ingin ikut-ikutan kembali yaa…”
“Aduh… Tante Anis dan Dewi tidak kurang lebih garangnya, Doni sendiri juga kekurangan tenaga.
Untung saja tante tidak meminta tambah kembali, ML yang paling akhir dengan Dewi barusan membuat Doni benar-benar sudah tidak kuat kembali. Tetapi ngomong-ngomong kapan kita dapat bertemu kembali tante… Terang-terangan ini pengalaman Doni yang pertama ML dengan 2 cewek elok sekalian dan Doni sepertinya suka ingin lagi… Doni tidak dapat lupain pengalaman ini.”
“Itu mudah diatur… ini kartu nama tante, Dewi kerja di dalam kantor yang masih sama. Kelak kapan-kapan jika Doni ingin bertemu tinggal telepon saja, dapat kita mengatur waktunya. Yang terang tante tidak mau bertemu sendiri dengan Doni, sekurang-kurangnya tante akan mengajak Dewi atau tambah cewek lain agar giliran Doni yang kita habisin sampai tidak dapat bangun…ha…ha…ha…”
“Atau jika tante ingin bertemu tante dapat dateng ke kolam renang hari Jumat, Doni teratur berenang di situ tiap hari Jumat….” kataku memberikan alternative. Sesudah mengantar saya ke kolam renang untuk ambil motor kamipun pisah.
Tante Anis sebelumnya sempat berusaha menyisipkan beberapa lembar uang seratus-ribuan ke kantongku tetapi saya menampiknya secara lembut. Saya tidak mau menukar penjelajahan yang bebas dan menggembirakan ini menjadi karier yang dapat mengusik kuliah dan saat depanku. Sesudah peristiwa itu kami sebelumnya sempat seringkali melangsungkan tatap muka dan mengulang acara pesta sex, terkadang di Ciater, terkadang di Pucuk, atau di Lembang kembali.
Satu waktu Tante Anis sebelumnya pernah ajak seorang temannya kembali dan itu betul-betul membuatku kekurangan tenaga karena harus alami orgasme sampai 8x dalam tadi malam untuk layani 3 orang wanita yang haus akan kepuasan syahwat. Sangat sayang penjelajahan edan ini harus terpaksa usai sesudah Tante Anis dan Dewi terturut konflik karena masalah kantor. Meski begitu pengalamanku dengan mereka tetap terus kuingat sampai saat ini dan kerap jadi fantasi seksualku saat saya bercinta dengan istriku