Cerita Sex Hot Ngentot pembantu


Ceritasex – cerita sex ini terjadi pada tahun 1999, bermula ketika aku kembali kantor tidak cukup lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari seringkali yang pukul 19:00. Anakku seringkali pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari lokasi tinggal neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengubah celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis namun adem, tanpa celana dalam. Pada ketika aku terbit kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.

Pada ketika dia akan menyerahkan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil menyimak koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang melulu bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang telah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun mencuci gelas yang jatuh seraya memohon maaf yang tidak henti-hentinya.

Semula aku bakal marah, namun menyaksikan wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, seraya aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, seraya menunjuk kemaluanku.
“Sum mesti gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri seraya berganti kaos oblong, menyahut seraya iseng, “Ini musti diurut nih!”
“Ya, Pak nanti saya urut, namun Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat tersebut kaget bercampur senang, sebab mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama lantas dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang mesti Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum mendekat pinggir lokasi tidur dan duduk.

“Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.
“Jangan.. pake tangan aja, ntar dapat panas!” jawabku.

Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, saat dia menggenggamnya.

“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.
“Wah tersebut bengkaknya harus cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku tidak banyak tegang.

Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.

“Ah.. tidak cukup banyak”, bisikku bernafsu.

Kemudian kuangkat pantatku, hingga ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet terbit yang buat bengkak!” perintahku seenaknya.

Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, tadinya kemaluanku kena giginya terus, namun lama-lama barangkali dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali.

“Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, saat aku mau terbit aku bilang kepadanya, “Sum nanti bila aku keluar, tidak boleh dimuntahin ya, telan aja, sebab tersebut obat bikin kesehatan, bagus sekali bikin kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya seraya melirikku dan terus mengulum naik turun.

Akhirnya kumuncratkan seluruh air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada ketika aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis menikmati cairan asing mengairi kerongkongannya, melulu aku saja yang menuntun kepalanya supaya tetap tidak melepas kulumannya.

Setelah aku lemas baru dia mencungkil kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan tidak banyak berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan ketika itu, aku duduk menghampirinya, “Sum anda capek ya, apa anda mau tahu bila kamu diurut pun kamu dapat seger kayak Bapak sekarang!”

“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa buat seger? tanyanya semakin penasaran. Aku melulu menjawab dengan anggukan dan seraya meraih pundaknya kucium keningnya, kemudian turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta pun tidak membalas. Aku menikmati keringat dinginnya mulai keluar, saat aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak sampai tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

Cerita Sex Hot Ngentot pembantu
Cerita Sex Hot Ngentot pembantu

Cerita Sex Hot Ngentot pembantu – Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.
“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, kini baru jam tiga, jadi anda tetap bisa buat seger badan”, jawabku sarat nafsu. Lalu seluruh kubuka tanpa penutup, begitu pun aku, kemaluanku telah mulai berdiri lagi. Dia kurebahkan di ambang tempat tidur, kemudian aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma inginkan urut punya kamu”, kataku meyakinkan, kemudian dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan paling sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, ingin botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya penolong lugu korban seks majikan, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, melulu kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, kemudian dia berteriak seraya menggeliat dan mengapit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati hingga bersih.

“Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk seraya menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, bila kamu telah ngerti enak, anda coba lagi ya, anda nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai menyerahkan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, kemudian kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, sampai dia merasa rileks dan mulai menyerahkan reaksi untuk menjawab cumbuanku, kemaluanku telah tegang.

Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata telah berlendir dan basah, peluang ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”. Melihat wajahnya yang melulu meringis dengan bibir basah.

Kuteruskan tusukanku seraya berkata, “Ini nggak bakal lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya tidak boleh dirasain..” tanpa menantikan reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada ketika kemaluanku tenggelam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) namun aku telah tidak memikirkannya lagi, aku mulai melayangkan semua nafsuku guna si Sum.

Hanya selama 7 menit dia tidak menyerahkan reaksi, tetapi setelah tersebut aku menikmati denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan menjangkau klimaks, saat dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah menolong kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya mengapit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit seraya mengerang. Agen Judi Online

“Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti tersebut aku kian bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan seluruh maniku dalam liang kewanitaannya, seraya kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia juga lemas.

“Sum aku nikmat sekali, berakhir ini anda mandi ya, terus beresin lokasi tidur ini ya!”, suruhku di tengah kesenangan yang kurasakan.
“Ya Pak”, jawabnya singkat seraya mengenakan pakaiannya kembali.

Ketika dia mau terbit kamar guna mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo kembali siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum dapat mandi dulu, terus dapat ngurutin Bapak lagi”, kemudian ngeloyor terbit kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, seraya menoleh ke sprei yang ada bercak darah perawan Sum.

Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, masing-masing 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya paling teratur), aku kembali lebih mula untuk bersangkutan dengan pembantuku, namun nyaris setiap hari di pagi hari tidak cukup lebih pukul 5, kemaluanku tidak jarang kali dikulumnya ketika dia membasuh di ruang cuci, pada saat tersebut isteriku dan anak-anakku belum bangun.